Pages - Menu

Pages - Menu

Kamis, 13 Maret 2014

Bahas Investasi, Dubes Perancis Temui Walikota Tri Rismaharini



KABARPROGRESIF.COM : Surabaya dipandang sebagai kota strategis menurut Pemerintah Perancis. Hal itulah yang mendasari kunjungan Duta Besar (dubes) Perancis untuk Indonesia Corinne Breuze ke balai kota pada Rabu (12/3). Dalam lawatan tersebut, Breuze yang datang bersama sembilan orang delegasi pengusaha asal Perancis diterima Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

Dalam pertemuan yang berlangsung lebih kurang satu jam tersebut, topik pembicaraan lebih banyak membahas mengenai investasi, ekonomi, dan lingkungan. Brueze mengatakan, pihaknya ingin memahami lebih dalam kondisi terkini di Kota Pahlawan. Secara umum, dia menilai Surabaya sangat kondusif. “Saya sengaja datang bersama para pengusaha Perancis untuk melihat langsung infrastruktur di sini. Dan kami optimistis respon investasi akan positif,” ujarnya.

Brueze menyatakan siap membantu Surabaya di bidang pembangunan. Untuk itu, ia tak segan menggali informasi tentang pola pembangunan di Surabaya. Hal tersebut bertujuan guna mengetahui kira-kira bidang apa yang bisa disinergikan dengan program Kedubes Perancis.

Sementara itu, Walikota Tri Rismaharini menjelaskan, kewajiban utama pemkot yakni menjamin situasi kota tetap kondusif. Caranya, dengan menyelenggarakan kota yang nyaman untuk ditinggali. Dengan demikian, diharapkan para investor juga merasa aman dan nyaman menanamkan modalnya di Surabaya.

Risma tidak memungkiri posisi Surabaya yang strategis. Pasalnya, ibu kota Propinsi Jawa Timur ini memegang peranan penting, khususnya bagi alur perdagangan di Indonesia bagian timur. Menurutnya, pelabuhan di Surabaya menjalankan fungsinya sebagai penghubung. Melalui pelabuhan tersebut, banyak produk/komoditas yang dipasok ke pulau-pulau di timur Indonesia.

Kabag Kerjasama Pemkot Surabaya, Ifron Hady Susanto menambahkan, kunjungan Dubes Perancis kali ini karena tertarik akan tiga hal. Pertama, ingin mengetahui sejauh mana perkembangan rencana pembangunan angkutan massal cepat (AMC) berupa trem dan monorel. Kedua, terkait pelabuhan. Sebagaimana diketahui, bahwa Perancis memiliki kota-kota pelabuhan besar. Bahkan, menurut salah seorang pengusaha Perancis yang turut dalam rombongan, bahwa Kota Lille memiliki pelabuhan pemasok produk perikanan terbesar ke dua di eropa. Dan bilamana memungkinkan, pelabuhan-pelabuhan tersebut bisa diintegrasikan dengan pelabuhan di Surabaya. Apalagi, tahun ini Surabaya bakal memiliki pelabuhan baru dengan kapasitas yang jauh lebih besar.

Ketiga, soal pengelolaan lingkungan. Dikatakan Ifron, Perancis memang dikenal sebagai salah satu negara di eropa yang mengedepankan wawasan lingkungan dalam pembangunannya. “Mudah-mudahan nanti ada tindak lanjut berupa pengiriman tenaga ahli untuk saling bertukar informasi,” ujarnya.

Surabaya sejatinya sudah memiliki hubungan kerjasama sister city dengan salah satu kota di Perancis, yakni Marseille. Kerjasama, kata Ifron, sudah terjalin sejak 2008 melalui penandatanganan letter of intend kala itu. Hingga saat ini, kedua kota masih dalam tahap penjajagan mendalami kemungkinan kerjasama yang lebih komprehensif.

“Tahun lalu, pemkot mengirim staf untuk belajar masalah kepegawaian di Pemkot Marseille. Kebetulan penerapan konsep kepegawaian di sana sangat bagus, mulai dari rekrutmen hingga pendidikan/pelatihan,” terang alumnus Monash University di Melbourne, Australia ini.

Ke depan, Surabaya berencana akan memfokuskan kerjasama dengan Marseille di bidang pelabuhan penumpang. Hal ini lantaran kota yang terletak di pesisir tenggara Perancis itu punya pelabuhan kapal pesiar yang sangat terkenal.

“Nah, kerjasama inilah yang dibutuhkan Surabaya sekarang. Pasalnya, indikasi tahun ini sampai dengan Maret 2014, sudah ada 9 kapal pesiar besar berkapasitas 2000 orang yang antre singgah di Surabaya,” ungkap Ifron.

Peningkatan intensitas kapal pesiar tersebut menandakan bahwa sektor pariwisata sudah berada pada titik yang bagus. Bahkan, tahun ini para penumpang kapal pesiar dari luar negeri sudah mulai menginap. Sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana para wisatawan kapal pesiar maksimal hanya setengah hari berada di Surabaya. (*/arf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar