Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Kamis, 04 Mei 2017

Jalin Kerukunan, Buddhist Dharma Centre Surabaya Kunjungi Museum NU



KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Sejumlah tokoh agama Buddhist Dharma Centre (BDC) Surabaya mengunjungi Museum Nahdatul Ulama (NU) di Jalan Gayungsari Kota Surabaya, Rabu (3/5/2017).

"Kami ingin mempererat jalinan persaudaraan antartokoh agama. Terutama dengan NU, organisasi Islam terbesar yang memiliki faham moderat," kata Ketua BDC Surabaya Herman.

Menurut dia, selama ini NU sangat kuat komitmennya untuk mengayomi kelompok minoritas dan tidak mempertentangkan perbedaan.

"Sejak kami mengikuti saran pak kiai (Ketua PCNU Surabaya Muhibbin Zuhri) waktu seminar di Universitas Airlangga (Unair), kami sangat ingin belajar lebih banyak kearifan-kearifan dan pemikiran NU," katanya.

Selain itu, lanjut dia, banyak ide-ide cemerlang dari Ketua PCNU Surabaya yang perlu ditindaklanjuti, khususnya tentang multikulturalisme dalam bidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan.

Untuk itu, lanjut dia, BDC ingin mengundang Muhibbin untuk mengulas lebih jauh kearifan NU, khususnya soal tasawuf dalam seminar yang akan diselenggarakan BDC tidak lama lagi.

Mendapati hal itu, Direktur Museum NU yang sekaligus Ketua PCNU Kota Surabaya Muhibbin Zuhri menyampaikan terima kasih atas kunjungan BDC. Ia juga menyampaikan pentingnya membangun kesepahaman dan kebersamaan untuk mewujudkan kehidupan yang damai dan sejahtera.

"Sisi wisdom dalam masing-masing agama harus dikedepankan, agar tercipta toleransi yang produktif," katanya.

Muhibbin juga mengajak umat Buddha untuk bersama-sama menjaga negeri ini dari ancaman-ancaman dari luar dan dari dalam umat beragama sendiri. "Kita jangan mau dipecah belah. Juga, mari kita jaga umat masing-masing dari pengaruh kelompok radikal dan ekstrem yang bisa saja muncul dari dalam umat kita sendiri," katanya.

Mengenai kebhinekaan, Muhibbin mengatakan bahwa perbedaan ada koridornya, termasuk dalam agama, budaya dan pemikiran. Tentunya harus saling menghargai selama masih berada dalam koridor itu.

"Tapi pengkhianatan terhadap konsensus nasional, sudah berada di luar koridor itu. Kita tidak boleh permisif. Harus kita lawan bersama-sama," katanya.

Untuk itu, Muhibin mengajak semua pihak menyatukan langkah untuk menghadapi kelompok-kelompok yang ingin merusak, baik yang berbasis agama, sekular termasuk kelompok neo-liberal dan kapitalis serta komunis. (arf)

0 komentar:

Posting Komentar