Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Senin, 25 Agustus 2014

Ragam Bahasa Asing, Siap Hadapi MEA 2015




KABARPROGRESIF.COM : Empat remaja asik bercengkrama dalam posisi duduk melingkar pada meja bundar. Seorang wanita yang tampak lebih dewasa memperhatikan topik pembicaraan sambil sesekali ikut nimbrung. Sekilas, tidak ada yang spesial dari peristiwa tersebut. Namun, bila diperhatikan, ternyata mereka tidak bertutur dengan Bahasa Indonesia, melainkan bahasa Mandarin.

Pemandangan semacam itu memang lazim dijumpai di Rumah Bahasa. Suatu kondisi dimana setiap individu berkomunikasi satu sama lain dengan bahasa asing. Bukan bermaksud tidak nasionalis, karena menggunakan bahasa non-Indonesia. Namun, lebih kepada semangat ingin belajar dan maju. Mengingat semakin dekatnya era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015 mendatang, maka penguasaan bahasa asing dipandang sangat penting. Sebab, jika tidak ada kesadaran untuk meng-upgrade diri, bukan tidak mungkin bangsa ini akan semakin tertinggal. Apalagi, saat MEA resmi diberlakukan, batasan antar negara akan semakin tipis. Peningkatan arus orang, barang dan uang lintas negara diprediksi tak terhindarkan.

Menyadari hal tersebut, Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya berinisiatif mendirikan Rumah Bahasa sebagai wadah bagi siapa saja yang berminat belajar bahasa asing. Dengan konsep belajar bahasa praktis minim teori, Rumah Bahasa dinilai sebagai solusi tepat mengatasi problem keterbatasan bahasa asing yang masih dihadapi sebagian besar warga metropolis. Konsep yang simple dan gratis plus letaknya yang strategis, yakni di Balai Budaya (kompleks Balai Pemuda) membuat tempat tersebut semakin ramai.

Berdasar data yang dihimpun dari Bagian Kerjasama Pemkot Surabaya, rata-rata ada 1.900 peserta tiap bulan. Hingga saat ini, sarana belajar bahasa cuma-cuma itu telah dimanfaatkan oleh 13.853 peserta. Kabag Kerjasama Ifron Hady Susanto tak menampik bahwa animo masyarakat sangat tinggi. Untuk mengakomodir antusiasme warga belajar bahasa asing, Rumah Bahasa menambah ragam bahasa. Saat pertama kali diresmikan oleh Walikota Tri Rismaharini pada Februari 2014, Rumah Bahasa hanya melayani bahasa Inggris dan Mandarin. Namun, seiring berjalannya waktu, sekarang warga juga bisa memperdalam bahasa Jerman, Prancis, Jepang, Korea, India dan Thailand. “Total ada delapan bahasa asing yang bisa dilatih di sini (Rumah Bahasa),” terang Ifron.

Dari delapan bahasa asing itu, kata Ifron, Bahasa Inggris, Mandarin, Prancis dan Jepang masih menjadi “primadona” para peserta. Indikatornya, kelas selalu penuh untuk bahasa-bahasa tersebut. Bahkan, petugas Rumah Bahasa sampai kewalahan mencari ruangan untuk menampung membludaknya peserta.

“Tapi, Alhamdulillah sekarang sudah ada ruang tambahan yang kapasitasnya lumayan besar,” ungkapnya.

Sedangkan dari segi segmentasi, Rumah Bahasa lebih banyak dimanfaatkan mereka yang bekerja di sektor jasa yang dikelola swasta. Beberapa mal dan hotel sudah mengirimkan karyawan yang bertugas di pos-pos tertentu, misalnya satpam, tim parkir, petugas kebersihan dan petugas informasi. Asosiasi perawat juga tak mau ketinggalan. Sebanyak 80 perawat perwakilan dari rumah sakit-rumah sakit se-Surabaya kini rutin mengunjungi Rumah Bahasa.

Masih kata Ifron, urutan kedua segmentasi peserta Rumah Bahasa ditempati oleh kalangan pelajar dan mahasiswa. Menurut dia, hal itu sangat menggembirakan karena kompetitif tidaknya kota atau negara ini berada di tangan para pelajar dan mahasiswa. Jadi, kesempatan di usia belajar ini hendaknya dimaksimalkan untuk mengejar ketertinggalan dalam bidang penguasaan bahasa asing.

Sementara, para pelaku usaha UKM sejauh ini masih belum terlalu menonjol. Padahal, segmen tersebut justru menjadi sasaran utama program peningkatan ilmu berbahasa asing. Harapannya, produk-produk lokal yang dihasilkan bisa bersaing atau bahkan menembus pasar internasional. “Para ibu-ibu pelaku UKM biasanya datang ke Rumah Bahasa membawa anak-anaknya. Namun, dalam beberapa kesempatan mungkin mereka terkendala waktu dan kesibukan sehingga tidak bisa intensif,” katanya.

Gandeng Komunitas dan Konsulat Jenderal Negara Sahabat

Rumah Bahasa terus berbenah demi peningkatan kualitas kepada masyarakat. Salah satunya dengan terus menambah ragam bahasa asing. Ifron mengatakan pihaknya tidak mau cepat puas dengan tersedianya delapan bahasa asing. “Penambahan akan terus dilakukan. Kami menargetkan nantinya ada 15 bahasa asing yang bisa dilatih di Rumah Bahasa,” tutur alumnus Monash University, Melbourne, Australia ini.

Dia menyatakan, dalam waktu dekat, Bahasa Arab bisa dilatih di Rumah Bahasa. Bahasa-bahasa negara Asia Tenggara seperti Tagalog (Filipina) dan Vietnam akan menyusul. Di samping, bahasa negara Eropa antara lain Italia dan Spanyol yang juga masuk dalam bidikan.

Demi memuluskan upaya tersebut, Ifron menggandeng sejumlah komunitas, universitas dan Konsulat Jenderal (Konjen) beberapa negara sahabat. Beberapa waktu lalu, Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) yang merupakan perwakilan perdagangan Korea di Surabaya memfasilitasi tenaga pengajar bahasa Korea.

Dua mahasiswi Busan University of Forign Study yang sedang magang di KOTRA menjadi tutor bagi sekumpulan guru-guru yang diproyeksikan dikirim ke Busan, Korsel. Pemkot Surabaya dan Pemkot Busan memang menjalin kerjasama sister city. Salah satu program kerjasama tersebut yakni pertukaran guru dan pelajar kedua kota. Nah, pelatihan berbahasa Korea di rumah bahasa ini diharapkan menjadi bekal para guru sebelum diutus berangkat ke Negeri Ginseng.

“Kami senang bisa berpartisipasi dalam program Rumah Bahasa ini. Ke depan, tidak menutup kemungkinan partisipasi ini akan terus ditingkatkan,” kata Son Byong Cheol, Dirjen KOTRA di Surabaya.

Selain Korea, respon positif juga berdatangan dari beberapa konjen dan organisasi asing yang bermarkas di Kota Pahlawan. Antusiasme tersebut diapresiasi oleh Pemkot Surabaya. Ifron berharap momentum ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa asing.

“Sukarelawan yang mengajar di Rumah Bahasa tidak hanya warga Surabaya. Sudah mulai banyak native speaker yang menjadi tutor. Ini tentu menggembirakan karena peserta berkesempatan belajar langsung dari warga negara asing,” pungkas mantan Kasubag Luar Negeri di Bagian Kerjasama ini.(*/arf)

0 komentar:

Posting Komentar