Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Gempa Tuban, Robohkan Lima Bangunan di Surabaya

Lima bangunan roboh di Surabaya terdampak gempa yang berpusat di Timur Laut Tuban, salah satunya bangunan di RSUD Soewandhie.Tetapi sejauh ini tak ditemukan korban jiwa.

Dibuka 25 Maret, Ayo Daftar - Dishub Jatim Sediakan Mudik Gratis dengan Kapal Laut

Pendaftaran Mudik Gratis Melalui Jalur laut dibuka secara online tanggal 25 Maret 2024. Program mudik gratis yang diselenggarakan Pemprov Jatim melalui Dinas Perhubungan itu bisa diikuti dengan syarat menunjukkan KTP atau Kartu Keluarga.

Bantuan Korbrimob Polri untuk Korban Bencana Jateng

Sebanyak 5.000 paket sembako dikirim langsung dari Mako Brimob Kelapadua, Cimanggis, Kota Depok untuk korban bencana banjir di beberapa Kabupaten Jateng akibat hujan deras dengan intensitas tinggi.

HUT ke-105 Damkar dan Penyelamatan Nasional 2024 Akan Digelar di Surabaya

HUT ke-105 Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Nasional tahun 2024 akan berlangsung di Kota Surabaya, dimulai pada 27 Februari 2024 hingga puncak peringatan 1 Maret

Pasca Gempa Tuban, Pasien RS Unair Dirawat di Tenda Darurat

Pendaftaran Mudik Gratis Melalui Jalur laut dibuka secara online tanggal 25 Maret 2024. Program mudik gratis yang diselenggarakan Pemprov Jatim melalui Dinas Perhubungan itu bisa diikuti dengan syarat menunjukkan KTP atau Kartu Keluarga.

Sabtu, 02 Desember 2023

Dua Petugas Satpol PP Jadi Korban Penganiayaan Saat Bantu Warga, Wali Kota Eri: Mereka Adalah Pahlawan


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Dua petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, menjadi korban dugaan penganiayaan oknum demonstran saat membantu warga akan melintas di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11) sore.

Atas insiden tersebut, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA pun harus mendapatkan perawatan di RSUD dr Soewandhie Surabaya. 

Kini, kedua petugas itu telah pulang usai mendapatkan perawatan dan observasi di rumah sakit.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyayangkan peristiwa tersebut. 

Ia menyebut, bahwa kedua petugas Satpol PP itu telah menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu membantu warga yang hendak melintas di jalan karena ditutup oleh aksi demonstrasi buruh.

"Alhamdulilah sudah dipulangkan. Tapi mereka adalah Pahlawan buat saya, orang yang berani menjalankan Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Orang yang berani membela kepentingan orang lain," kata Wali Kota Eri, Sabtu (2/12).

Wali Kota Eri juga mengapresiasi keberanian kedua petugas Satpol PP tersebut. 

Menurutnya, hal tersebut merupakan contoh bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) lainnya untuk berani berjuang demi kepentingan umat.

"Insyaallah saya juga akan ke rumahnya, saya akan berikan penghargaan kepada dua petugas ini. Pegawai ASN harus berani kayak gini. Ini contoh untuk ASN-ASN lainnya, kita harus berani berjuang untuk kepentingan umat," ujarnya.

Di sisi lain, Wali Kota Eri juga meminta kepada Polrestabes Surabaya untuk segera menangkap pelaku penganiayaan tersebut.

Menurutnya, tindakan penganiyaan itu tidak dapat dibenarkan. 

Apalagi kedua petugas Satpol PP itu hanya menjalankan tugasnya untuk membantu warga.

"Yang saya minta, tangkap orang yang membuat Satpol PP Surabaya mengalami cedera seperti ini. Karena mereka (Satpol PP) menjalankan tugas membantu warga dan tidak menghalangi demo," tegasnya.

Di samping itu, ia juga meminta kepada seluruh pihak untuk menahan diri dan tidak terprovokasi dengan peristiwa tersebut. 

Ia berharap ke depan agar aksi demonstrasi dapat berjalan dengan aman dan tertib.

"Bayangkan saja sekarang ada demo, terus tidak bisa jalan, sesak, kemudian mati di tengah jalan gimana? Nah kita kasih jalan kan untuk itu (aksi demo) juga, kok malah begitu. Makanya saya minta atensi betul dari Pak Kapolrestabes untuk segera menangkap," pungkasnya.

Hambat Laju Inflasi, Wali Kota Eri Maksimalkan Subsidi Transportasi dan Warung TPID


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus berjibaku menghambat laju inflasi untuk menstabilkan harga bahan kebutuhan pokok. 

Berbagai strategi telah dilakukan oleh Pemkot Surabaya, mulai dari menggelar pasar murah, penanaman komoditi cabai serentak, hingga membuat Warung Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, salah satu cara untuk menekan laju inflasi di Kota Surabaya adalah memberikan subsidi transportasi. 

Subsidi transportasi ini bukan hanya untuk menekan laju inflasi, akan tetapi juga untuk menyesuaikan harga bahan kebutuhan pokok dengan harga eceran tertinggi (HET).

“Surabaya ini bukan penghasil, tapi penampung. Jadi Kota Surabaya ini mengambil (bahan kebutuhan pokok) dari tempat lain. Insya allah yang kita lakukan adalah subsidi yang terkait dengan transportasi,” kata Wali Kota Eri, Sabtu (2/12).

Wali Kota Eri menyebutkan, ketika Kota Surabaya mengambil bahan kebutuhan pokok dari daerah lain dan ternyata harganya tinggi, maka akan dijual kembali sesuai dengan harga tengkulak. 

“Contoh, seumpama mengambil cabai dari Nganjuk harganya Rp 1000, maka menjualnya juga Rp 1000. Karena kita mensubsidi transportasinya, kita tidak bisa mensubsidi pupuk dan lain-lainnya, jadi itu yang dimaksimalkan,” sebutnya. 

Wali Kota Eri memastikan, harga sembako saat ini masih stabil di Kota Surabaya. 

Stabilnya harga sembako ini karena Pemkot Surabaya membuka Warung TPID di pasar-pasar. 

Ia menyebutkan, harga sembako seperti beras, minyak, dan gula di Warung TPID disesuaikan dengan HET. 

Dia juga menjamin, adanya warung tersebut maka harga bahan pokok tersebut bisa stabil. 

“Kita berikan poster dan spanduk besar harganya sama dengan HET. Jadi kalau ada toko lain yang menjual itu (beras, minyak, dan gula) bisa membeli di Warung TPID,” sebutnya. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Inflasi Kota/Kabupaten Month to Month (m-to-m) per November 2023, Kota Surabaya sebesar 0,26 persen. 

Sedangkan inflasi Year on Year (y-o-y) per November 2023 sebesar 3,31 persen.

Komoditas yang andil dalam inflasi m-to-m di Kota Surabaya pada bulan November 2023 diantaranya adalah, cabai rawit, angkutan udara, cabai merah, emas perhiasan, bawang merah, telur ayam ras, gula pasir, ikan mujair, apel, dan brokoli. 

Sedangkan komoditas yang andil dalam deflasi m-to-m di Kota Surabaya pada November 2023 yakni bensin, daging ayam ras, melon, kacamata, tarif kendaraan roda 4 online, daging sapi, pembalut wanita, bawang putih, tomat, dan ayam hidup.

Aplikasi Sapu Jagat Pantau Mobilitas Petugas Satpol PP Surabaya di Lapangan


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya, berinovasi membuat Aplikasi Sapu Jagat (Sistem Pengawasan Terpusat Jaga Kota Surabaya). 

Aplikasi berbasis android tersebut, berfungsi untuk memantau mobilitas maupun menampilkan informasi keberadaan personel di lapangan dari hasil titik GPS (Global Positioning System).

Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M Fikser mengatakan, bahwa saat ini aplikasi Sapu Jagat digunakan Satpol PP untuk melakukan pengawasan, pemantauan dan monitoring seluruh personel yang bertugas di lapangan.

"Aplikasi Sapu Jagat kami gunakan untuk melakukan pelacakan atau tracking titik lokasi petugas Satpol PP di lapangan. Tracking dilakukan berdasarkan wilayah atau zona yang telah ditentukan," kata Fikser, Sabtu (2/12).

Fikser memaparkan, bahwa Aplikasi Sapu Jagat memiliki berbagai tujuan. 

Untuk tujuan jangka pendek, yakni memberikan rasa aman kepada warga Surabaya. Juga untuk memastikan bahwa semua tempat di Surabaya nyaman.

"Selain itu juga bertujuan untuk memastikan di setiap Traffic Light (TL) tidak ada warga Surabaya yang terganggu, baik dari pengamen dan sebagainya," ujar dia.

Di samping itu, kata dia, Aplikasi Sapu Jagat juga bertujuan untuk memastikan pejalan kaki di Surabaya merasa aman dan nyaman ketika berjalan di pedestrian. 

"Termasuk pula memastikan bahwa PKL (Pedagang Kaki Lima (PKL) yang ada, bisa berjualan tanpa mengganggu pedestrian," sambungnya.

Ia juga memaparkan bahwa Aplikasi Sapu Jagat dilengkapi berbagai fitur canggih. Di antaranya, pelacakan nama dan lokasi petugas Satpol PP di lapangan. 

Juga, pemantauan jarak tempuh yang dilalui oleh petugas tersebut.

"Aplikasi ini terhubung handphone petugas di lapangan. Nah, ketika petugas akan menjalankan (tugas), maka dia harus mengaktifkan GPS lokasi dan itu langsung terhubung dengan admin," jelasnya.

Fikser berharap, dengan aplikasi Sapu Jagat, petugas Satpol PP dapat lebih efektif dalam menjalankan tugasnya di lapangan. 

Sehingga keamanan dan kenyamanan warga dapat terjaga sebagaimana harapan dan keinginan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

"Kami berharap dengan adanya aplikasi ini, kami bisa lebih efektif dalam menjalankan tugas kami. Sehingga, keamanan dan kenyamanan warga Surabaya dapat terjaga," harapnya.

Ia menambahkan bahwa aplikasi Sapu Jagat ke depan tidak hanya digunakan oleh jajaran Satpol PP Surabaya. 

Namun diharapkan aplikasi ini juga diterapkan oleh seluruh Perangkat Daerah (PD) di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya yang memiliki jumlah personel banyak di lapangan.

"Ke depan aplikasi ini bukan hanya untuk Satpol PP, tetapi kemudian semua PD yang memiliki anggota personel banyak, akan mendapatkan aplikasi ini untuk melakukan monitoring kepada seluruh Satgas anggota yang ada di lapangan," jelas dia.

Menurut dia, sekarang ini adalah waktunya teknologi mendukung kinerja para petugas di lapangan. 

Sebab, tentu tidak mungkin dengan luas wilayah Surabaya yang begitu besar, hanya dihandle menggunakan tenaga manusia.

"Keterbatasan personel, luas wilayah dan tingkat permasalahan yang cukup besar, maka teknologi menjadi solusi yang cukup baik untuk membantu tugas-tugas kita," pungkasnya.

Kendalikan HIV, Pemkot Surabaya Perluas Layanan dan Masifkan Skrining


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus melakukan berbagai upaya dalam pengendalian HIV (Human Immunodeficiency Virus)/AIDS (ODHA) di Kota Pahlawan, seperti melakukan perluasan layanan hingga memasifkan skrining. 

Sebagai upaya pengendalian, Kota Surabaya terus konsisten dan masif dalam kegiatan skrining HIV terhadap seluruh kelompok populasi berisiko, baik ber-KTP Surabaya maupun KTP Non-Surabaya, tanpa membedakan status kependudukan.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya, Nanik Sukristina mengatakan, Kota Surabaya telah melakukan perluasan layanan testing HIV melalui 122 layanan. 

Diantaranya pada 63 puskesmas, 57 rumah sakit, dan 2 klinik utama. 

“Sedangkan, untuk pemberian layanan dukungan, perawatan dan pengobatan (PDP) HIV juga telah tersebar di 52 layanan di 38 puskesmas, 13 rumah sakit, dan 1 klinik utama,” kata Nanik, Jumat (1/12).

Dalam kondisi normalisasi layanan testing HIV pasca Pandemi COVID-19 pada fasilitas pelayanan kesehatan, Nanik menjelaskan bahwa kasus HIV dapat ditemukan sejak dini dan segera ditatalaksana melalui pengobatan sesuai standar. 

Kepatuhan dalam mengkonsumsi obat ARV bagi pasien terinfeksi HIV turut di pantau dan dikawal dengan ketat.

“Kota Surabaya terus memperluas jejaring kemitraan dengan menggandeng komunitas peduli HIV agar dapat mendukung dan berkolaborasi bersama dalam upaya pencegahan, serta pengendalian penularan HIV di Kota Surabaya berbasis wilayah,” jelasnya.

Total penemuan kasus HIV di Kota Surabaya sampai dengan bulan Oktober 2023 sebanyak 1.122 kasus. 

Distribusi kasus HIV berdasarkan status kependudukan menunjukkan KTP Surabaya sebesar 600 (53,47 persen) dan KTP Non-Surabaya sebesar 522 (46,52 persen). 

Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi peningkatan penemuan kasus HIV sebesar 27 (tahun 2022 : 827 kasus). 

“Akan tetapi, berdasarkan status kependudukan menunjukkan bahwa penemuan kasus dengan KTP Surabaya pada tahun 2023 mengalami penurunan sebesar 17,39 persen dibandingkan tahun 2022,” ungkapnya.

Sedangkan, gambaran distribusi kasus HIV anak pada rentang usia ≤14 tahun sebanyak 7 kasus. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya terjadi penurunan sebanyak 1 kasus. 

Indikasi terjadinya risiko penularan HIV pada anak, disebabkan oleh kurangnya kepatuhan minum obat ARV bagi ibu yang telah terinfeksi HIV karena tidak adanya dukungan dari pasangan (keluarga), serta ketidakberdayaan seorang istri terhadap permasalahan kesehatannya.

“Sebagai upaya pengendalian, Surabaya terus konsisten dan masif dalam kegiatan skrining HIV terhadap seluruh kelompok populasi berisiko, tanpa membedakan status kependudukan,” tegasnya.

Meski demikian, Dinkes Kota Surabaya tiada henti-hentinya melakukan berbagai upaya dalam mencegah dan mengendalikan HIV di Kota Pahlawan. 

Mulai dari melakukan kampanye penyebarluasan informasi pencegahan dan penularan HIV bagi pelajar, membentuk petugas penjangkau untuk melakukan edukasi dan skrining HIV pada kelompok beresiko dengan sasaran waria, lelaki seks dengan lelaki, pengguna narkoba suntik (Penasun), serta pekerja rumah hiburan umum (RHU).

“Kami melakukan pemeriksaan HIV secara mobile/bergerak menyasar pada RHU dan tempat-tempat yang diduga sebagai hotspot (lokasi) kelompok beresiko. Selanjutnya, melakukan layanan testing HIV yang di fasilitas oleh layanan kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah dan swasta, maupun klinik utama,” ujarnya.

Tak hanya itu, Dinkes Kota Surabaya terus melakukan pemeriksaan Early Infant Diagnosis bagi bayi usia minimal 6 minggu. 

Pihaknya juga melakukan skrining HIV secara rutin setiap 3 bulan sekali bagi perilaku kelompok berisiko penularan virus HIV. 

Pemberian pengobatan ARV Test and Treat juga diberikan secara gratis, serta memperluas akses pengobatan HIV pada puskesmas dan rumah sakit.

“Kami membentuk pendamping sebaya dari komunitas ODHIV di wilayah kerja untuk memberikan support psycho-sosial. Selain itu, kami juga memberikan dukungan PMT bagi ODHIV untuk mempertahankan kondisi kesehatan dan meningkatkan imunitas, pendampingan, konseling dan kunjungan rumah (home care) untuk memperkuat kondisi psikologis pasien,” lanjutnya.

Dinkes Kota Surabaya juga berkolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lain di lingkup Pemkot Surabaya dalam penanganan permasalahan kependudukan, seperti kebutuhan Akte dan Kartu Keluarga (KK). 

“Penguatan kelompok dukungan sebaya (KDS) melibatkan ibu hamil HIV dan anak-anak dengan HIV juga terus dilakukan. Penguatan konseling oleh dokter atau psikolog di layanan HIV baik bagi pasien, pasangan pasien, dan keluarga juga demikian,” pungkasnya.

Pemkot Surabaya Bantu Ratusan Alat Tangkap Ikan untuk KUB Nelayan di Tiga Wilayah Kecamatan


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memberikan bantuan alat tangkap ikan untuk nelayan di Kota Surabaya.

Tidak hanya mendapatkan bantuan dari Pemkot Surabaya, para nelayan yang tergabung di dalam berbagai Kelompok Usaha Bersama (KUB) itu, juga mendapatkan bantuan alat tangkap dari Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia (RI). 

Bantuan alat tangkap kali ini, diberikan secara langsung oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada perwakilan nelayan yang hadir. 

Wali Kota Eri Cahyadi mengatakan, adanya bantuan ini diharapkan bisa mempermudah kerja dan meningkatkan penghasilan para nelayan di Kota Surabaya. 

“Alhamdulillah pada hari ini pemkot memberikan bantuan nelayan, salah satunya dari hasil musrembang (Musyawarah Rencana Pembangunan). Yang kedua ada yang sebelum kami sampaikan kepada Menteri Sosial berupa perahu, terkait dengan kebutuhan nelayan,” kata Wal Kota Eri usai memberikan bantuan untuk nelayan di Romokalisari Adventure Land, Jum'at (1/12).

Di hari ini, Wali Kota Eri menyerahkan secara simbolis 9 unit perahu nelayan, 150 unit papan seluncur lumpur, ada juga jaring gillnet sebanyak 17 buah. 

Tak hanya itu, ada pula bantuan mesin perahu sebanyak 246 unit mesin perahu dari Kemensos RI untuk nelayan di Kota Surabaya. 

Bantuan 9 perahu hasil dari musrembang yang direalisasikan di tahun 2023 itu, diberikan kepada nelayan yang tergabung di dalam KUB Kecamatan Sukolilo, KUB Kecamatan Gunung Anyar, dan KUB Kecamatan Krembangan. 

KUB Kecamatan Sukolilo mendapatkan satu unit, KUB Kecamatan Gunung Anyar mendapatkan 2 unit, dan KUB Krembangan 6 unit. 

Sementara itu, 150 unit papan seluncur lumpur untuk nelayan mencari kepiting diserahkan kepada KUB Kecamatan Asemrowo. 

Selain itu, 17 jaring gillnet diberikan untuk KUB Kecamatan Sukolilo dan KUB Kecamatan Mulyorejo. 

Tak hanya itu, ada juga 2 unit perahu wisata untuk pemberdayaan nelayan yang tergabung di dalam KUB wilayah Bulak. 

Wali Kota Eri juga menjelaskan, Pemkot Surabaya tak hanya memberikan bantuan itu saja. 

Akan tetapi juga ada bantuan lain yang kini sedang diusulkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI. 

Bantuan tersebut yakni, membuatkan akses jalan perahu nelayan menuju ke dermaga. 

“Ketika laut ini surut, maka itu (perahu nelayan) tidak bisa sampai ke dermaganya. Atau ketika mau berangkat, juga sulit, banyak lumpur yang ada di sana. Sehingga ketika kamis diskusi dengan nelayan, satu-satunya jalan adalah dibuatkan jalan,” jelasnya. 

Untuk mengatasi masalah akses tersebut, Pemkot Surabaya mengusulkan kepada KKP RI untuk melakukan pengerukan lumpur, yang nantinya digunakan akses keluar dan masuknya nelayan. 

“Tim dari KKP sudah melakukan pengkajian, hari ini sudah dimasukkan ke Pak Menteri,” ujarnya. 

Pengerukan lumpur untuk akses perahu nelayan itu, rencananya dilakukan di kawasan pesisir Bulak dan Kenjeran. 

“Karena ini akan memberikan kesejahteraan untuk nelayan di Kota Surabaya. Karena memang itu (laut) kalau surut kan nemen (parah),” terangnya. 

Wali Kota Eri menegaskan, jangan sampai bantuan yang diberikan kepada nelayan hari disalah gunakan. 

Karena dia ingin, bantuan ini dimanfaatkan untuk kesejahteraan nelayan yang lebih di ke depannya. 

“Semoga bantuan hari ini bisa mempererat persaudaraan dan meningkatkan pendapatan nelayan di Surabaya,” imbuhnya. 

Di samping itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti menambahkan, bantuan ini merupakan salah satu upaya Pemkot Surabaya untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan beserta keluarganya. 

Antiek berharap, bantuan yang diberikan pada hari ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk nelayan di Kota Surabaya. 

“Jadi dimanfaatkan sebaik-baiknya, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan. Bantuan ini tidak untuk dijual, dan tidak boleh dialihkan untuk hal lain nggih,” kata Antiek. 

Sementara itu, salah satu anggota nelayan yang tergabung di dalam KUB Bintang Samudra Utama, Kecamatan Krembangan, Budianto mengaku bersyukur atas bantuan yang diberikan pada hari ini. 

Budianto menilai, bantuan tersebut akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk bekerja di laut. 

“Tidak mungkin dijual, pasti akan kita manfaatkan untuk kesejahteraan nelayan. Kami dapat enam unit perahu dan enam unit mesin,” pungkasnya.

Jumat, 01 Desember 2023

Kantor Satpol PP Surabaya Didatangi Sejumlah Buruh, M. Fikser: Saya Maafkan, Tapi Proses Hukum Terus Jalan


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Kantor Satpol PP Kota Surabaya didatangi oleh sekitar tujuh orang perwakilan buruh yang diduga ikut dalam aksi demo pada Kamis (30/11) sore. 

Beberapa orang perwakilan buruh itu mendatangi kantor Satpol PP Surabaya untuk menyampaikan permohonan maaf.

Kepala Satpol PP Kota Surabaya M. Fikser mengatakan, dirinya sempat menemui sekelompok orang yang mengaku dari perwakilan organisasi buruh itu pada pukul 15.30 WIB. 

Fikser menjelaskan, maksud dan tujuan dari perwakilan buruh tersebut hanya untuk menyampaikan permintaan maaf.

“Mereka (datang) tidak ada janji, tidak ada surat menyurat, atau pemberitahuan. Jadi mereka datang spontanitas di kantor, maksud mereka datang hanya minta maaf atas kejadian yang kemarin (penganiayaan),” kata Fikser, Jumat (1/12).

Fikser mengaku, sudah memaafkan atas insiden penganiayaan yang dilakukan oleh oknum buruh terhadap dua anggotanya pada saat aksi demo kemarin. 

Fikser menerangkan, pada pertemuan itu tidak ada bahasan soal proses hukum dan perkataan damai atas kasus penganiayaan tersebut.

Dia menegaskan, akan terus memperjuangkan nasib dua anggotanya yang mengalami tindak kekerasan pada saat aksi demo kemarin. 

Menurutnya, proses hukum dan keadilan biarkan terus berjalan sesuai sebagaimana mestinya.

“Saya maafkan, tapi tidak ada membahas kata damai, proses pertemuan tadi tidak lebih dari 5 menit. Karena saya harus menghadiri sebuah acara dan mereka juga akan ada acara, sehingga pertemuan hanya lima menit,” tegas Fikser. 

Fikser menambahkan, pada pertemuan itu dirinya tidak mengenal dan mengetahui jelas sekelompok orang buruh itu berasal dari organisasi apa. 

Bahkan, dia juga tidak tahu, apakah terduga pelaku penganiayaan terhadap anggotanya juga ikut dalam pertemuan ini. 

“Mereka mengakunya dari Garda, begitu. Kemudian saya tanya tujuannya, ternyata tujuannya hanya minta maaf. Saya nggak tahu (pelaku), saya kan nggak tahu pelakunya siapa,” pungkasnya.

Dianiaya Peserta Demo, Satu Anggota Satpol PP Surabaya Alami Patah Tulang Belikat Kanan


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Direktur RSUD Dr. Mohamad Soewandhie Surabaya Billy Daniel Messakh menyebut dua anggota Satpol PP yang dianiaya pendemo mengalami cedera berat.

Untuk TA, oknum Satpol PP Surabaya itu mendapat pengeroyokan berupa pukulan dan tendangan.

"Yang Pak TA mengalami patah tulang belikat kanan," kata Billy Daniel Messakh, Jumat (1/12).

Sedangkan anggota Satpol PP Surabaya lainnya berinisial AM mengalami memar di dada akibat tendangan.

Sehingga mengakibatkan ototnya sampai masuk ke dalam.

"Satunya yang mendapatkan tendangan di sekitar perut dan dada, ototnya mengalami memar di dada. Ototnya sampai dalam. Dekat paru-paru," jelasnya.

Atas cedera tersebut, kedua petugas Satpol PP saat ini tengah mengalami pengananan di rumah sakit.

"Kami tangani sampai kondisinya pulih dan diperbolehkan pulang," pungkasnya.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ad yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Sementara Polrestabes Surabaya akan serius menangani penganiayaan dua Satpol PP Surabaya oleh oknum peserta demonstrasi buruh di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11).

"Akan mengungkap pelakunya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono, Jum'at (1/12).

Hendro mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban. Sehingga dilakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti dugaan penganiayaan tersebut.

"Kami telah melakukan interogasi kepada korban dan saksi-saksi. Dan melakukan cek ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," jelasnya.

Hendro juga menjelaskan bahwa dugaan penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.

Saat itu, kedua anggota Satpol PP sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2024.

"Korban sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh. Kemudian, ada beberapa pengguna jalan yang meminta dibantu dibukakan jalan," ujar Hendro.

Saat korban AM mendekati rombongan demonstran untuk meminta jalan dibuka, tiba-tiba mendapatkan pukulan dari arah depan dan kepala bagian belakang.

"Korban TA saat ingin membantu korban AM, justru dipukul dan diinjak-injak oleh rombongan demonstran," ucapnya.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendesak Polrestabes secepatnya menangkap oknum buruh yang melakukan aksi penganiayaan terhadap dua petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), saat demo UMK, Kamis (30/11).

"Saya menyampaikan kepada Pak Kapolrestabes dan saya memohon serta meminta untuk menjadi atensi," kata Wali Kota Eri di lingkungan Balai Kota Surabaya, Jumat (1/12).

Eri juga menyebut tindakan penganiayaan oleh oknum buruh itu sudah kelewat batas, sebab dua petugas Satpol PP asal Tim Jolondro, yakni TA dan AM hanya berniat membantu para pengendara kendaraan bermotor mendapatkan akses melintas melalui pedestrian.

Sebab, kondisi Jalan Ahmad Yani memang ditutup saat iring-iringan massa aksi melintas menuju Jalam Pahlawan yang merupakan titik utama pelaksanaan demo UMK.

"Banyak masyarakat yang tidak bisa lewat sehingga masyarakat itu melewati pedestrian, kemarin ada yang terlambat kerja. Petugas Satpol PP meminta izin membuka sebentar supaya bisa lewat tetapi malah terjadi masalah ini," ucapnya.

Di samping itu, Wali Kota Surabaya menyebut aksi penganiayaan yang dilakukan oleh oknum buruh moncoreng nama baik daerah pimpinannya.

Padahal selama ini, seluruh stakeholder terkait tak pernah melarang aksi demo dari para buruh.

"Silahkan demo tetapi gunakan cara santun, jangan bertindak seperti itu," ujar dia.

Wali Kota Eri pun kembali menegaskan bahwa oknum buruh tersebut harus secepatnya ditangkap. Aksi penganiayaan itu pun mendapatkan atensi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

"Wajahnya sudah ketahuan dan saya sudah minta ke Pak Kapolrestabes, ini pelaku harus ditangkap. Saya minta kejar terus sampai tangkap," pungkasnya.

Wali Kota Eri Tolak Damai dengan Pelaku Penganiayaan Dua Petugas Satpol PP Surabaya


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi emoh damai dengan oknum buruh pelaku penganiayaan terhadap dua anggota Satpol PP Surabaya.

"Kalau sudah terlanjur begini ya tidak bisa. Biarkan ranah hukum berjalan," tegas Wali Kota Eri, Jum'at (1/12).

Kendati demikian, Wali Kota Eri sudah memaafkan perbuatan pelaku tersebut.

"Kalau kami memaafkan ya kami maafkan tapi tetap untuk hukum terus berjalan," jelasnya.

Menurut Wali Kota Eri, kasus tersebut harua diusut tuntas agar membuat efek jera.

"Soalnya kalau ini terjadi terus nanti seperti apa. Ayolah kita sama-sama manusianya jalankan Amar ma'ruf nahi mungkar, Hormatilah sesama manusia Jangan pernah saling menyakiti. Itulah yang saya selalu ajarkan di Kota Surabaya," pungkasnya.

Sebelumnya Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendesak Polrestabes secepatnya menangkap oknum buruh yang melakukan aksi penganiayaan terhadap dua petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), saat demo UMK, Kamis (30/11).

"Saya menyampaikan kepada Pak Kapolrestabes dan saya memohon serta meminta untuk menjadi atensi," kata Wali Kota Eri di lingkungan Balai Kota Surabaya, Jumat (1/12).

Wali Kota Eri juga menyebut tindakan penganiayaan oleh oknum buruh itu sudah kelewat batas, sebab dua petugas Satpol PP asal Tim Jolondro, yakni TA dan AM hanya berniat membantu para pengendara kendaraan bermotor mendapatkan akses melintas melalui pedestrian.

Sebab, kondisi Jalan Ahmad Yani memang ditutup saat iring-iringan massa aksi melintas menuju Jalam Pahlawan yang merupakan titik utama pelaksanaan demo UMK.

"Banyak masyarakat yang tidak bisa lewat sehingga masyarakat itu melewati pedestrian, kemarin ada yang terlambat kerja. Petugas Satpol PP meminta izin membuka sebentar supaya bisa lewat tetapi malah terjadi masalah ini," ucapnya.

Di samping itu, Wali Kota Surabaya menyebut aksi penganiayaan yang dilakukan oleh oknum buruh moncoreng nama baik daerah pimpinannya.

Padahal selama ini, seluruh stakeholder terkait tak pernah melarang aksi demo dari para buruh.

"Silahkan demo tetapi gunakan cara santun, jangan bertindak seperti itu," ujar dia.

Eri pun kembali menegaskan bahwa oknum buruh tersebut harus secepatnya ditangkap. Aksi penganiayaan itu pun mendapatkan atensi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

"Wajahnya sudah ketahuan dan saya sudah minta ke Pak Kapolrestabes, ini pelaku harus ditangkap. Saya minta kejar terus sampai tangkap," pungkasnya.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ad yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh belum berani menyatakan kondisi kesehatan dua petugas Satpol PP Surabaya yang dianiaya oknum pendemo di jalan Ahmad Yani Surabaya.

Menurutnya, butuh penanganan yang insentif terhadap keadaan tubuh dua petugas Satpol PP Surabaya tersebut.

"Dalam proses mencari dengan foto dan lain-lain," jelas Billy, Kamis (30/11).

Makanya kata Billy, pihak RSUD Soewandhie Surabaya butuh waktu untuk melakukan pemeriksaan secara keaeluruhan.

"Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Saat ini, masih kata Billy, untuk kondisi kesehatan kedua petugas Satpol PP Surabaya masih stabil.

"Kondisi kesehatan sementara stabil," pungkasnya.

Sementara Polrestabes Surabaya akan serius menangani penganiayaan dua Satpol PP Surabaya oleh oknum peserta demonstrasi buruh di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11).

"Akan mengungkap pelakunya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono, Jum'at (1/12).

Hendro mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban. Sehingga dilakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti dugaan penganiayaan tersebut.

"Kami telah melakukan interogasi kepada korban dan saksi-saksi. Dan melakukan cek ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," jelasnya.

Hendro juga menjelaskan bahwa dugaan penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.

Saat itu, kedua anggota Satpol PP sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2024.

"Korban sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh. Kemudian, ada beberapa pengguna jalan yang meminta dibantu dibukakan jalan," ujar Hendro.

Saat korban AM mendekati rombongan demonstran untuk meminta jalan dibuka, tiba-tiba mendapatkan pukulan dari arah depan dan kepala bagian belakang.

"Korban TA saat ingin membantu korban AM, justru dipukul dan diinjak-injak oleh rombongan demonstran," ucapnya.

Atas dugaan penganiayaan tersebut, korban TA mengalami retak pada tulang belakang. Sedangkan korban AM, mengalami sakit kepala belakang dan di bagian rusuk.

Kedua korban anggota Satpol PP inipun saat ini masih mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soewandhie Surabaya.

Wali Kota Eri Desak Kapolrestabes Tangkap Pelaku Penganiayaan Dua Satpol PP di Aksi Demo Buruh


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mendesak Polrestabes secepatnya menangkap oknum buruh yang melakukan aksi penganiayaan terhadap dua petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), saat demo UMK, Kamis (30/11).

"Saya menyampaikan kepada Pak Kapolrestabes dan saya memohon serta meminta untuk menjadi atensi," kata Wali Kota Eri di lingkungan Balai Kota Surabaya, Jumat (1/12).

Eri juga menyebut tindakan penganiayaan oleh oknum buruh itu sudah kelewat batas, sebab dua petugas Satpol PP asal Tim Jolondro, yakni TA dan AM hanya berniat membantu para pengendara kendaraan bermotor mendapatkan akses melintas melalui pedestrian.

Sebab, kondisi Jalan Ahmad Yani memang ditutup saat iring-iringan massa aksi melintas menuju Jalam Pahlawan yang merupakan titik utama pelaksanaan demo UMK.

"Banyak masyarakat yang tidak bisa lewat sehingga masyarakat itu melewati pedestrian, kemarin ada yang terlambat kerja. Petugas Satpol PP meminta izin membuka sebentar supaya bisa lewat tetapi malah terjadi masalah ini," ucapnya.

Di samping itu, Wali Kota Surabaya menyebut aksi penganiayaan yang dilakukan oleh oknum buruh moncoreng nama baik daerah pimpinannya.

Padahal selama ini, seluruh stakeholder terkait tak pernah melarang aksi demo dari para buruh.

"Silahkan demo tetapi gunakan cara santun, jangan bertindak seperti itu," ujar dia.

Eri pun kembali menegaskan bahwa oknum buruh tersebut harus secepatnya ditangkap. Aksi penganiayaan itu pun mendapatkan atensi dari Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.

"Wajahnya sudah ketahuan dan saya sudah minta ke Pak Kapolrestabes, ini pelaku harus ditangkap. Saya minta kejar terus sampai tangkap," pungkasnya.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ad yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh belum berani menyatakan kondisi kesehatan dua petugas Satpol PP Surabaya yang dianiaya oknum pendemo di jalan Ahmad Yani Surabaya.

Menurutnya, butuh penanganan yang insentif terhadap keadaan tubuh dua petugas Satpol PP Surabaya tersebut.

"Dalam proses mencari dengan foto dan lain-lain," jelas Billy, Kamis (30/11).

Makanya kata Billy, pihak RSUD Soewandhie Surabaya butuh waktu untuk melakukan pemeriksaan secara keaeluruhan.

"Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Saat ini, masih kata Billy, untuk kondisi kesehatan kedua petugas Satpol PP Surabaya masih stabil.

"Kondisi kesehatan sementara stabil," pungkasnya.

Sementara Polrestabes Surabaya akan serius menangani penganiayaan dua Satpol PP Surabaya oleh oknum peserta demonstrasi buruh di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11).

"Akan mengungkap pelakunya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono, Jum'at (1/12).

Hendro mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban. Sehingga dilakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti dugaan penganiayaan tersebut.

"Kami telah melakukan interogasi kepada korban dan saksi-saksi. Dan melakukan cek ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," jelasnya.

Hendro juga menjelaskan bahwa dugaan penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.

Saat itu, kedua anggota Satpol PP sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2024.

"Korban sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh. Kemudian, ada beberapa pengguna jalan yang meminta dibantu dibukakan jalan," ujar Hendro.

Saat korban AM mendekati rombongan demonstran untuk meminta jalan dibuka, tiba-tiba mendapatkan pukulan dari arah depan dan kepala bagian belakang.

"Korban TA saat ingin membantu korban AM, justru dipukul dan diinjak-injak oleh rombongan demonstran," ucapnya.

Atas dugaan penganiayaan tersebut, korban TA mengalami retak pada tulang belakang. Sedangkan korban AM, mengalami sakit kepala belakang dan di bagian rusuk.

Kedua korban anggota Satpol PP inipun saat ini masih mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soewandhie Surabaya.

Penganiayaan Oknum Buruh Terhadap Dua Anggota Satpol PP Surabaya Bikin Warganet Geram


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Video viral insiden penganiayaan yang dialami dua petugas Satpol PP Kota Surabaya pada saat aksi demo buruh kemarin (30/11), menuai berbagai respon.

Tak hanya Ketua Komisi A DPRD Surabaya Arif Fathoni.

Kali ini kecaman juga dilontarkan dari warganet.

Tak sedikit warganet yang geram terhadap tindakan massa pada aksi demo buruh tersebut. 

Tak jarang warganet yang berkomentar ingin agar pelaku tindak kekerasan terhadap dua petugas Satpol PP itu dihukum setimpal.

Bukan itu saja, ada juga yang berkomentar mengeluhkan macet, dampak dari aksi demo buruh kemarin. 

Salah satu warganet di medsos instagram bernama @deteksi, tampak prihatin atas aksi penganiayaan terhadap dua anggota Satpol PP tersebut.

Menurutnya tindakan para buruh itu tidak benar dan melanggar hukum. 

“Sing genah ta Rek! Ngko lek dicekel jarene dikriminalisasi (yang baik Rek! Nanti ditangkap katanya dikriminalisasi),” kata akun @deteksi saat mengomentari video penganiayaan dua petugas tersebut di akun instagram resmi @satpolppsurabaya, Jumat (1/12).

Selain @deteksi, juga ada akun instagram @agus_bimbim_slengean yang berkomentar agar pelaku kekerasan terhadap petugas Satpol PP itu diproses hukum.

Bahkan, pemilik akun itu juga menandai akun resmi Humas Polda Jatim dan Kapolrestabes Kota Surabaya Kombes Pol Pasma Royce untuk segera ditindaklanjuti.

“Tinggal tunggu dari @humaspoldajatim sama @surabayapolice1.official makasih pak…. Yang sabar pak Satpol PP,” tulis @agus_bimbim_slengean di kolom komentar video yang diunggah oleh @surabayaterkini.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ada yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh belum berani menyatakan kondisi kesehatan dua petugas Satpol PP Surabaya yang dianiaya oknum pendemo di jalan Ahmad Yani Surabaya.

Menurutnya, butuh penanganan yang insentif terhadap keadaan tubuh dua petugas Satpol PP Surabaya tersebut.

"Dalam proses mencari dengan foto dan lain-lain," jelas Billy, Kamis (30/11).

Makanya kata Billy, pihak RSUD Soewandhie Surabaya butuh waktu untuk melakukan pemeriksaan secara keaeluruhan.

"Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Saat ini, masih kata Billy, untuk kondisi kesehatan kedua petugas Satpol PP Surabaya masih stabil.

"Kondisi kesehatan sementara stabil," pungkasnya.

Sementara Polrestabes Surabaya akan serius menangani penganiayaan dua Satpol PP Surabaya oleh oknum peserta demonstrasi buruh di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11).

"Akan mengungkap pelakunya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono, Jum'at (1/12).

Hendro mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban. Sehingga dilakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti dugaan penganiayaan tersebut.

"Kami telah melakukan interogasi kepada korban dan saksi-saksi. Dan melakukan cek ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," jelasnya.

Hendro juga menjelaskan bahwa dugaan penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.

Saat itu, kedua anggota Satpol PP sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2024.

"Korban sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh. Kemudian, ada beberapa pengguna jalan yang meminta dibantu dibukakan jalan," ujar Hendro.

Saat korban AM mendekati rombongan demonstran untuk meminta jalan dibuka, tiba-tiba mendapatkan pukulan dari arah depan dan kepala bagian belakang.

"Korban TA saat ingin membantu korban AM, justru dipukul dan diinjak-injak oleh rombongan demonstran," ucapnya.

Atas dugaan penganiayaan tersebut, korban TA mengalami retak pada tulang belakang. Sedangkan korban AM, mengalami sakit kepala belakang dan di bagian rusuk.

Kedua korban anggota Satpol PP inipun saat ini masih mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soewandhie Surabaya.

Polisi Buru Pelaku Penganiayaan Dua Petugas Satpol PP Surabaya di Aksi Demo Buruh


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Polrestabes Surabaya akan serius menangani penganiayaan dua Satpol PP Surabaya oleh oknum peserta demonstrasi buruh di Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Kamis (30/11).

"Akan mengungkap pelakunya," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Hendro Sukmono, Jum'at (1/12).

Hendro mengatakan, saat ini pihaknya telah menerima laporan dari korban. Sehingga dilakukan penyelidikan dan mengumpulkan alat bukti dugaan penganiayaan tersebut.

"Kami telah melakukan interogasi kepada korban dan saksi-saksi. Dan melakukan cek ke TKP (Tempat Kejadian Perkara)," jelasnya.

Hendro juga menjelaskan bahwa dugaan penganiayaan itu terjadi sekitar pukul 14.40 WIB.

Saat itu, kedua anggota Satpol PP sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh yang menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) Tahun 2024.

"Korban sedang bertugas mengamankan aksi demonstrasi buruh. Kemudian, ada beberapa pengguna jalan yang meminta dibantu dibukakan jalan," ujar Hendro.

Saat korban AM mendekati rombongan demonstran untuk meminta jalan dibuka, tiba-tiba mendapatkan pukulan dari arah depan dan kepala bagian belakang.

"Korban TA saat ingin membantu korban AM, justru dipukul dan diinjak-injak oleh rombongan demonstran," ucapnya.

Atas dugaan penganiayaan tersebut, korban TA mengalami retak pada tulang belakang. Sedangkan korban AM, mengalami sakit kepala belakang dan di bagian rusuk.

Kedua korban anggota Satpol PP inipun saat ini masih mendapatkan perawatan medis di RSUD dr Soewandhie Surabaya.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ad yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Sementara Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh belum berani menyatakan kondisi kesehatan dua petugas Satpol PP Surabaya yang dianiaya oknum pendemo di jalan Ahmad Yani Surabaya.

Menurutnya, butuh penanganan yang insentif terhadap keadaan tubuh dua petugas Satpol PP Surabaya tersebut.

"Dalam proses mencari dengan foto dan lain-lain," jelas Billy, Kamis (30/11).

Makanya kata Billy, pihak RSUD Soewandhie Surabaya butuh waktu untuk melakukan pemeriksaan secara keaeluruhan.

"Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Saat ini, masih kata Billy, untuk kondisi kesehatan kedua petugas Satpol PP Surabaya masih stabil.

"Kondisi kesehatan sementara stabil," pungkasnya.

Ketua Komisi A DPRD Surabaya Kecam Aksi Penganiayaan Dua Satpol PP Oleh Buruh


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Aksi penganiayaan dua anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Surabaya oleh oknum demonstran buruh, Kamis (30/11) mendapat kecaman dari Ketua Komisi A DPRD Kota Surabaya, Arief Fathoni.

Legislator asal partai Golkar ini menilai, apa yang dilakukan personel Satpol PP dengan berupaya membuka sedikit lajur bagi warga yang lewat, tidak selayaknya mendapatkan tindakan kekerasan dari demonstran.

"Memperjuangkan kesejahteraan melalui aksi unjuk rasa itu hak, namun dibalik hak tersebut tersimpan kewajiban untuk menjaga hak warga Surabaya yang lain yang sedang melakukan aktivitas mencari nafkah untuk menghidupi anak istri di rumah," kata Arief Fathoni, Jum'at (1/12).

Arief Fathoni menyebut, selama ini Surabaya menjadi kota yang ramah terhadap aksi-aksi demonstrasi yang datang dari berbagai daerah di luar Kota Pahlawan.

Karena itu, ia sangat menyayangkan aksi demonstrasi yang mengganggu ketertiban umum tersebut.

"Surabaya menjadi kota yang ramah terhadap aksi-aksi unjuk rasa yang datang dari berbagai daerah di luar Surabaya. Namun, aksi unjuk rasa harus dilakukan dengan cara-cara yang santun dan tidak mengganggu ketertiban umum," pungkasnya.

Seperti diberitakan dua orang petugas Satpol PP (Tim Jolodoro) mendapat penyerangan dari salah satu massa aksi demonstrasi di Jalan A Yani, Surabaya sekitar pukul 14.30 Wib, Kamis (30/11).

Insiden tersebut bermula saat petugas Satpol PP berinisial AM dan TA sedang bertugas menjaga pedestrian di rute 2, mulai sebelum Bundaran Dolog sampai Royal Plaza menggunakan sepeda angin.

Ketika itu, Jalan A Yani arah masuk Kota Surabaya ditutup oleh massa aksi demonstrasi buruh yang berjumlah sekitar 5.000 orang.

Saat itu, ada seorang warga meminta tolong untuk membuka akses jalan agar bisa berangkat kerja. 

Kemudian petugas Satpol PP berinisiatif berbicara kepada salah satu pendemo untuk meminta izin membuka sedikit akses jalan. Namun, petugas Satpol PP ini justru diserang oleh pendemo. 

Bahkan, petugas Satpol PP berinisial AM harus terjungkal karena ditendang oleh pendemo. 

Sedangkan untuk satu petugas lainnya, yakni TA, informasinya diinjak-injak oleh para pendemo. 

Beruntung, sebagian massa aksi demonstrasi kemudian melerai kejadian tersebut.

Meski demikian, akibat insiden penyerangan itu, kedua petugas Satpol PP berinisial AM dan TA mengalami cidera. 

Kedua petugas tersebut saat ini tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Mendapat informasi tersebut, Kepala Satpol PP Kota Surabaya, M. Fikser geram.

Mantan Kabag Humas Pemkot Surabaya ini pun melaporkan pelaku penganiayaan tersebut ke Polisi.

"Hari ini kami mau buat laporan kepolisian terkait dengan kekerasan yang dilakukan kepada anggota Satpol PP," kata Fikser, Kamis (30/11).

Menurut Fikser kedua Satpol PP Surabaya itu mendapatkan kekerasan yang dianggap cukup fatal.

"Ada dua anggota saya yang satu yang ditendang yang viral itu dan satunya diinjak-injak, diambil terus dinjang-injak," jelasnya.

Padahal lanjut Fikser, kedua Satpol PP Surabaya tersebut sedang bertugas melakukan pengawasan di pedestrian di sepanjang jalan Ahmad Yani.

Nah disaat itu ada warga yang minta tolong kepada mereka untuk memberikan jalan sedikit.

Sayangnya para pendemo ad yang tak terima sehingga melakukan penganiayaan.

"Kemudian dia membantu warga untuk memberikan jalan, bukan perdebatan, oknum buruh itu tidak terima terus oknum buruh itu melakukan kekerasan," pungkasnya.

Sementara Direktur Utama RSUD Soewandhie Surabaya dr Billy Daniel Messakh belum berani menyatakan kondisi kesehatan dua petugas Satpol PP Surabaya yang dianiaya oknum pendemo di jalan Ahmad Yani Surabaya.

Menurutnya, butuh penanganan yang insentif terhadap keadaan tubuh dua petugas Satpol PP Surabaya tersebut.

"Dalam proses mencari dengan foto dan lain-lain," jelas Billy dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (30/11).

Makanya kata Billy, pihak RSUD Soewandhie Surabaya butuh waktu untuk melakukan pemeriksaan secara keaeluruhan.

"Masih dalam pemeriksaan lebih lanjut," ujarnya.

Saat ini, masih kata Billy, untuk kondisi kesehatan kedua petugas Satpol PP Surabaya masih stabil.

"Kondisi kesehatan sementara stabil," pungkasnya.