Sabtu, 14 Juni 2014


 

KABARPROGRESIF.COM : Jelang deklarasi pengalifungsian lokalisasi Dolly-Jarak pada 18 Juni nanti, suara anak-anak yang tinggal di kawasan sekitar lokalisasi tersebut, selama ini jarang terdengar. Padahal, mereka juga memiliki hak agar suara mereka didengar banyak orang. Dan Jumat (13/6), 30 siswa-siswi  TK Aisyiyah Bustanul Athfal 22, 24, dan 43, cabang Kecamatan Sawahan Kota Surabaya serta anak-anak Panti Asuhan Muhammadiyah Putat Jaya, mendatangi Balai Kota Surabaya.

Kedatangan murid-murid TK dan anak-anak panti asuhan tersebut untuk menyuarakan dukungan mereka kepada Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, dalam upaya pengalihfungsian lokalisasi Dolly dan Jarak. Rombongan anak-anak tersebut diterima walikota di ruang kerjanya. Dan yang luar biasa, mereka tidak sekadar datang. Anak-anak itu membawa pernyataan dukungan yang mereka tulis pada selembar kertas. Satu per satu dari mereka kemudian membacakan surat dukungan itu dihadapan walikota.

Dinda, salah satu murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal, dengan suara mengalir pelan, menyatakan dukungannya kepada walikotas ecara lisan. Dia menceritakan curahan hatinya. Bocah perempuan itu mengaku heran dengan perilaku orang-orang di sekitar tempat tinggalnya yang kini mudah sekali marah. “Teruslah maju dengan niatmu Bu Risma. Kami juga ingin bisa belajar dan bermain di lingkungan yang tenang dan tidak bising,” ujar Dinda.

Sementara murid TK Aisyiyah Bustanul Athfal lainnya, Faidizin, mengaku senang demi mendengar lokalisasi Dolly akan segera ditutup.Dengan nada polos, bocah laki-laki tersebut juga menguatkan walikota Tri Rismaharini untuk tetap sabar dalam menghadapi segala tentangan dalam upaya pengalifungsian lokalisasi.

“Bunda, kami ingin hidup tenang seperti anak-anak lainnya.Kami selalu mendukung dan mendoakan ibu karena ini demi masa depan kami. Bunda akan memberi kami ketenangan, lingkungan yang nyaman, dan kebebasan, iya kan?”tanyanya pada teman-temannya yang kemudian disahuti teriakan “iya” dari teman-temannya.

Walikota yang sejak awal khusyu mendengarkan murid-murid TK dan anak-anak panti asuhan itu membacakan surat dukungan, terlihat beberapa kali mengusap matanya dengan tisu yang dipegangnya. Mata walikota perempuan pertama dalam sejarah pemerintahan Kota Surabaya ini berkaca-kaca dan meneteskan air mata. Tak lama kemudian, walikota memeluk bocah tersebut.

Fatar, salah satu anak panti asuhan Muhammadiyah Putat Jaya, memuji Walikota Tri Rismaharini sebagai walikota yang tegas dan pemberani karena berani untuk menutup lokalisasi Dolly meskipun banyak yang mengolok-olok. Bocah berusia sembilan tahun ini lantas membacakan pantun untuk walikota.  “Jalan-jalan ke Pasar Turi, jangan lupa membeli roti. Kalau ibu pergi ke lokalisasi, jangan lupa menutup Dolly”.

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menyatakan terima kasih kepada semua pihak yang mendukung dan mendoakan langkahnya. Dikatakan walikota, dirinya bukanlah seorang ulama sehingga tidak berhak untuk mengatakan kegiatan di lokalisasi tersebut bertentangan dengan hukum Tuhan. Walikota mengatakan Pemkot Surabaya akan berupaya untuk mengangkat indeks pembangunan manusia (IPM) di kawasan tersebut. “Itu harapan kami. Sebab, IPM di sana rendah. Itu yang ingin saya angkat,” ujar walikota.

 Apalagi, walikota mengatakan telah mendapatkan data bahwa ada banyak anak yang tinggal di kawasan Dolly yang sudah putus sekolah ketika masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Padahal, sambung walikota, anak-anak yang tinggal di kawasan Dolly, Jarak dan Putat Jaya tersebut, punya hak untuk mendapatkan kuliatas pendidikan yang layak dan setara seperti anak-anak yang tinggal di aerah lainnya.

“Karena itu, Insya Allah saya akan terus berjuang demi anak-anak agar memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya. Karena kalian bisa menjadi seperti ibu, bahkan lebih. Kalian bisa jadi gubernur, menteri atau bahkan presiden. Tidak ada yang tidak mungkin asal belajar yang giat,” jelas walikota.

Setelah walikota menyatakan ucapan terima kasihnya, murid-murid TK dan anak-anak panti asuhan itu kemudian menyerahkan lembar pernyataan berisi curahan hati mereka. Isi surat itu diantaranya bertuliskan “Ibu Risma yang budiman, bertahanlah untuk Surabaya, majulah untuk Indonesia”.

Sementara Koordinator  TK Aisyiyah Bustanul Athfal Sawahan, Nur Choirotul mengatakan, maksud kedatangan rombongannya menemui walikota adalah untuk menyampaikan aspirasi dukungan murid-muridnya kepada Walikota Risma. Nur mengatakan, surat-surat yang ditulis anak-anak tersebut murni hasil karya anak-anak itu alias mereka tulis sendiri.

“Jadi tidak ada arahan atau paksaan dalam menuliskannya. Semoga suara anak-anak ini bisa menambah semangat ibu Risma dan semoga Allah SWT memberikan kelancaran dan kesabaran dalam menyelamatkan generasi masa depan anak-anak Putat Jaya,” ujar Nur.(*)

Kamis, 12 Juni 2014


Beda Pendapat Saat Camat dan Lurah Gunung Anyar Tidak Dijadikan Tersangka


 

KABARPROGRESIF.COM : Pengusutan kasus Dugaan korupsi pembebasan lahan untuk pembangunan jalan Middle East Ring Road (MERR) II C di Kecamatan Gununganyar oleh Pidsus Kejari Surabaya terkesan tebang pilih dalam menetapkan tersangka.

Bagaimana tidak, Mantan Camat Gunung Anyar, Kanti Budiarti bisa lolos dari daftar tersangka. Padahal, Ia merupakan panitia pembebasan dalam pembebasan pembangunan jalan MERR II C.

Angin segar juga dirasakan eks Lurah Gunung Anyar, Muhadi. Padahal Ia diduga kuat menerima gratifikasi 1 unit mobil merk CRV yang saat ini digunakan sebagai kendaraan operasionalnya.

Dari informasi di lingkungan Kejari Surabaya, Tim penyidik Kejari Surabaya di kabarkan pecah. Pandangan berbeda itu disebabkan adanya beda pedapat. Ada beberapa tim yang menyatakan Camat Kanti dan Lurah Muhadi layak menjadi tersangka."Tapi kenyataannya hanya menjadi saksi,"ungkap Sumber dilingkungan Kejari Surabaya.

Bahkan sumber juga menginformasikan adanya aksi 'sikut' yang dilakukan oleh  Tim Penyidik perkara ini yang dikomandani Jaksa Andry Winanta.

" Ada beberapa jaksa yang masuk tim dilarang ikut memeriksa, bahkan ada jaksa yang dikeluarkan dari Tim pemeriksa,"ucap sumber yang gak bersedia namanya disebutkan dengan alasan menjaga nama korps Adhyaksa , Kamis (12/6) di PN Surabaya.

Dalam kasus ini, Penyidik Pidsus Kejari Surabaya hanya menetapkan tiga tersangka.  yakni OF sebagai Satuan Tugas (Satgas) di Dinas Bina Marga & Pematusan, ED sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), dan tersangka terakhir adalah DW sebagai koordinator satgas pembebasan tanah.

Ketiga tersangka itu langsung dijebloskan ke Rutan Medaeng Pada Rabu (9/6) lalu.

Seperti  diketahui, kasus ini bermula dari laporan warga Gunung Anyar ke Kejari Surabaya. Warga tersebut melaporkan adanya dugaan gratifikasi dan korupsi dalam pembebasan lahan pembangunan MERR II C.

Dalam pembebasan tersebut, Pemkot Surabaya mengucurkan anggaran Rp 30 miliar di tahun 2013. Dari sebanyak 300 persil yang akan dibebaskan, tercatat hingga bulan Oktober 2013, baru 111 persil yang sudah dibayarkan kepada pemilik. Camat Gununganyar bersama Lurah Gununganyar, diduga turut terlibat dalam penyimpangan anggaran proyek pembebasan lahan ini. (Komang).

Narkoba

Koperasi & UMKM

Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Translate

Hukum

Metropolis

Nasional

Pidato Bung Tomo


Hankam

Popular Posts

Blog Archive