Kamis, 04 Mei 2017

Alat untuk permainan edukatif



KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Fakultas Teknik Industri dan Fakultas Teknik Universitas Surabaya telah menemukan Permainan Edukatif, Permainan yang disebut Karambol War merupahkan kreatifitas 5 Mahasiswa Ubaya dan alat tersebut diciptakan untuk alternatif mempelajari statistik yang penggunaanya sangat muda dan menyenangkan.

Bertempat di Gedung Internasional Lantai 1 kampus Ubaya Tenggilis, ke -   5 mahasiswa tersebut melakukan demo permainan Karambol War mereka diantaranya Eko Budi Efendi, Eka Satyanugraha, Bernard Sinarta, Regina Puspa dan Andino Maldini dibuat sebagai pemenuhan tugas KP 1 (Kerja Praktek 1) Karambol War dapat dimainkan oleh 2 hingga 4 orang.Karambol War ini adalah permainan Adventure, dimana setiap pemain berlomba-lomba untuk bisa mendapatkan tuan putri yang diincar.

Masing-masing peserta harus menjaga pertahanan gawang istananya dari serangan lawan. Pada awal permainan, masing-masing pemain diberikan modal uang sebesar $10, health point 10 dan virtual point 10. Salah satu peserta membawa tuan putri yang nantinya akan dijadikan sasaran tembak seluruh pemain.

Setelah itu, peserta melemparkan 5 dadu yang di tiap sisinya bergambar simbol-simbol yang  umum dalam statistika yaitu α, β, λ, μ, σ, dan *.

Eka Saryanugraha menerangkan, masing-masing simbol memiliki arti yang berbeda-beda, α (alfa) berarti pemain berhak mengambil kartu serangan yang bisa menentukan ukuran bola yang akan digunakan dan jika peserta mendapatkan simbol β (Beta) maka peserta memperoleh kartu bertahan yang bisa menentukan ukuran penghalang. Simbol λ (Lamda) berarti pemain berhak mendapatkan uang $1, simbol μ (Miu) berarti pemain bisa mencuri uang lawan sebesar $1. Simbol σ (Sd) berarti pemain bisa mendapatkan kartu efek yang berisi bermacam-macam kesempatan. Simbol * (Bintang) berarti pemain mendapatkan 1 virtual point.

“Terdapat 4 ukuran bola, bola nomer 1 yang paling kecil dan 4 yang paling besar. Lebar gawang berbanding terbalik dengan ukuran bola, nomer 4 yang paling sempit dan nomer 1 yang paling lebar. Nomer gawang disesuaikan dengan nomer bola yang didapatkan. Pemain harus menembakkan bola ke dalam gawang lawan,” terang Eka Satyanugraha selaku mahasiswa.

Sebelum melemparkan dadu, pemain mempertaruhkan sejumlah virtual point yang dimiliki pada kartu karakter, jika berhasil maka virtual point akan bertambah sejumlah yang dipertaruhkan dan lawan yang menjadi sasaran akan berkurang health pointnya sejumlah yang dipertaruhkan dan jika gagal maka akan berlaku sebaliknya.

" Pemenang adalah pemain yang berhasil mengumpulkan virtual point sebanyak 25 atau jika semua lawan sudah mati. Selain bertujuan untuk memperkenalkan statistika industri sebagai salah satu mata kuliah teknik industri, permainan ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak SMA dan mahasiswa yang masih relevan dengan mata pelajaran statistika " jelas Eka.

Ditempat yang sama Rahman Dwi Wahyudi, ST, M.T, MBA selaku Anggota Tim Skenario Mata Kuliah kerja Praktek 1 menambahkan, berharap  melalui permainan ini, pemain bisa mengerti tentang simbol-simbol yang biasa digunakan dalam statistika dan juga hipotesis melalui taruhan Virtual Point  yang dilakukan dalam permainan,” tambah seorang  mahasiswa semester 6.

“Karambol War merupakan Boardgame yang menarik, menyenangkan dan mudah dimainkan karena sudah banyak yang mengetahui basic permainan karambol,”" pungkasnya.  (Dji)

Rabu, 03 Mei 2017



KABARPROGRESIF.COM : (Surabaya) Komisi D DPRD Surabaya mengkritisi kinerja Satpol PP dalam penertiban pasar tumpah yang ada di beberapa kawasan kota. Pasalnya, menurut Ketua Komisi D Agustin Poliana, saat dengar pendapat di ruang Komisi D, keberadaan pasar tumpah, yang berasal dari luberan pedagang terjadi di hampir semua pasar tradisional yang ada.

“Kalau di dalam pasar memang tanggung jawab PD Pasar, namun di luar kan tugas Satpol PP, “ ujarnya. Rabu (3/5).

Maraknya pasar tumpah, bukan saja menyebabkan kesemrawutan. Namun menjadi biang kemacetan lalu lintas. Untuk itu, Agustin meminta, pemerintah kota menempatkan para pedagang tersebut di lokasi yang representative.

Menanggapi kritik kalangan dewan, Kepala Satpol PP Irvan Widyanto mengatakan, bahwa selama ini pihaknya intens melakukan penertiban. Penertiban yang dilakukan, antara lain di Pasar Tembok, Pasar Asem, Pasar di Pacuan Kuda dan Pasar Kembang. Hanya saja menurutnya, apabila tak ada pembenahan infrastruktur pasar, keberadaan pasar tumpah sulit diatasi. Sejumlah pedagang yang diarahkan ke dalam pasar tetap kembali ke jalan, karena masalah penempatan.

“Di Pasar tembok, di bagian bawah untuk pasar basah, tapi digunakan untuk jual ayam. Kan gak bisa gabung pedagang sayur. Makanya mereka keluar,” tuturnya.

Kasatpol menerangkan, kondisi sama terjadi di Pasar kembang. Para pedagang yang menyebabkan pasar tumpah di sekitar Jalan Kedung doro enggan masuk ke dalam pasar, karena PD Pasar menempatkan mereka di lantai dua.

“Harusnya ada infrastruktur yang dibangun, lapak yang ada di depan dibongkar semua,” kata Irvan.

Di sisi lain, ia mengakui, apabila pola penertiban yang dilakukan dengan menjaga kawasan tersebut, jumlah personel yang dibutuhkan cukup besar. Sementara, jumlha personel yang ada masih terbatas. Irvan mengaku, kesulitan lain menertibkan para pedagang pasar tumpah, karena mereka selama ini telah membayar retribusi ke PD Pasar.

“Makanya kita juga butuh masukan DPRD untuk mencari solusinya,” paparnya

Irvan mengakui, keberadaan pasar tumpah mengganggu arus lalu lintas. Ia menyebutkan di Pasar Tembok, banyak pembeli yang tak turun dari kendaraannya saat membeli ke pedagang.

“Jadi fenomenanya seperti drive thrue, maish di atas motornya. Padahal ini menyebabkan kemacetan,” ujarnya.

Mendengar penjelasan Irvan soal fenomena pedagang di Pasar Tembok, sebagian anggota dewan menimpali dengan guyonan. Terlebih ketika ia menyebut jika Agustin Poliana mengetahui kondisi kawasan tersebut karena sering melewatinya.

“Mengingatkan lagi masa lalu,” kata beberapa anggota dewan.

Meski mendukung upaya penertiban, namun kalangan dewan meminta upaya tersebut dilakukan secara bijak. Pasalnya, berkaitan dengan mata pencaharian mereka. Apalagi, sebagian pedagang tersebut adalah warga kota.

“Kita gak bisa hantam kromo, karena menyangkut urusan perut. Untuk itu, harus bijak dan adil,” harap Agustin. (arf)

Narkoba

Koperasi & UMKM

Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Translate

Hukum

Metropolis

Nasional

Pidato Bung Tomo


Hankam

Popular Posts

Blog Archive