Terus Kobarkan Semangat Perjuangan Arek-arek Suroboyo 10 Nopember 1945 untuk memberantas Korupsi, Terorisme dan Penyalahgunaan Narkoba

Jumat, 14 Januari 2022

Pasca Rilis Surabaya Kota Termacet di Indonesia, INRIX Pilih Sembunyi, Pakar: Tak Bisa Menghubungi Perusahan Itu


KABARPROGRESIF.COM: (Surabaya) Sanggahan terhadap hasil survey dari Global Traffic Scorecard pada 2021 yang dirilis INRIX terus dilakukan.

Survey yang dirilis perusahaan analisis data lalu lintas (lalin) yang menyebut bahwa Surabaya menjadi kota termacet di Indonesia terus mendapat penolakan.

Usai Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Perhubungan (Dishub) dan Polrestabes Surabaya.

Kali ini juga dilontarkan oleh Pakar Laboratorium Transportasi Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Nopember Surabaya.

Namun sayangnya INRIX lebih memilih 'sembunyi' alias lepas tangan.

Hal ini dikatakan Pakar Laboratorium Transportasi Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Nopember Surabaya, Hera Widyawati.

Ia menjelaskan, pihaknya juga tidak bisa menghubungi perusahan analisis data lalu lintas tersebut. 

Oleh karena itu, terus melakukan pemantauan melalui pemberitaan pada beberapa media.

“Perhitungannya adalah selisih gate (gerbang) antara pada waktu macet dan tidak macet. Jadi kalau macetnya pendek, maka gate-nya banyak, kalau melihat dari itu akan susah,” kata Hera Widyawati, Jum'at (14/1).

Padahal, menurut dia, kemacetan yang terjadi di Kota Surabaya adalah pada waktu tertentu, serta pada beberapa akses keluar masuk kendaraan di Kota Pahlawan. Indikator lainnya adalah menggunakan GPS anonim.

“Dulu kami memiliki ide, bahwa untuk melihat suatu kepadatan jalan adalah menggunakan big data yang diambil dari mobile atau dari provider. Kemudian yang tidak bisa terdeteksi adalah jenis kendaraan,” ujar dia.

Sebagai pengamat sekaligus pengguna jalan, ia menyampaikan, bahwa arus lalu lintas Kota Surabaya masih bisa terjangkau. 

Maka, menurut dia alangkah lebih bijak bila melihat sebuah kemacetan adalah berdasarkan travel time.

“Kalau kita mau melihat suatu kemacetan, satu jalan saja itu mungkin akan berbeda dengan kalau kita melihat beberapa jalan. Jadi mungkin akan lebih bijak kalau kita melihat travel time,” ungkap dia.

Senada dengan hal tersebut, Pakar Laboratorium Transportasi Institut Teknologi Sepuluh (ITS) Nopember Surabaya Wahyu Herianto menyampaikan, bahwa dia juga heran dengan kesimpulan survei tersebut. 

Menurut dia, apabila survei yang dilakukan pada tahun 2021 saat pandemi dan pengguna angkutan umum yang kurang maksimal, maka bisa menjadi catatan penting.

“Sebetulnya melalui aplikasi Maps akan memudahkan para pengguna untuk memantau kepadatan lalu lintas. Semoga di masa depan bila angkutan umum semakin banyak, maka pengguna kendaraan pribadi bisa beralih atau pindah ke angkutan umum,” kata dia.

Ia menambahkan, apabila melihat situasi kepadatan lalu lintas sebelum dan sesudah pandemi Covid-19, terlihat bahwa kondisi saat ini level service di Kota Surabaya menunjukkan pada kategori C. 

Artinya, cukup bagus, padahal sebelum pandemi Kota Surabaya berada pada kategori D yang berarti relatif macet.

“Jika survei dilakukan pada saat pandemi, artinya belum normal bila kita semua tidak berupaya agar pengendara kendaraan pribadi itu beralih ke angkutan umum, maka akan terjadi Surabaya semakin macet,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar